Kalangan pengembang, meyakini bahwa banyak penjualan properti khususnya hunian vertikal di pusat perkotaan bakal ditopang oleh generasi milenial. Kreativitas yang dilakukan kalangan generasi milenial, yakni masyarakat yang berusia 18 hingga 34 tahun bakal menjadi pasar yang sangat dominan pada sepuluh tahun ke depan.

Ketua Real Estat Indonesia DPD DIY Rama Adyaksa Pradipta mengatakan, kemacetan sudah mulai melanda kota-kota besar termasuk Kota Yogyakarta, dan masyarakat modern bakal mencari hunian yang berdekatan dengan tempat kerja mereka. “Saat ini pun sudah mulai terasa, bagaimana 10 tahun ke depan? Berapa waktu yang harus dihabiskan pengendara akibat macet. Belum lagi kerepotan mencari parkir. Itu sebabnya hunian vertikal yang ada di pusat-pusat bisnis bakal menjadi incaran,” paparnya, Senin (13/11/2017).

Rama melanjutkan, saat ini terdapat fenomena dari generasi milenial yang memilih menunda pembelian atau tinggal di rumah. Menurutnya, mereka lebih senang tinggal di apartemen yang praktis dan memiliki nilai jual yang terus merangkak naik. “Mereka mulai terbiasa dengan apartemen yang berada pada lokasi-lokasi strategis sehingga mendukung mobilitas generasi milenial yang tinggi. Bandingkan dengan perumahan dengan harga terjangkau ada di kawasan yang jauh dari pusat kota,” tuturnya.

Bahkan kecenderungannya, kata dia, generasi milenial tidak terlalu memikirkan kendaraan pribadi seperti mobil untuk mendukung aktivitas. Dia bilang, ada kecenderungan beralih pada transportasi publik untuk menghemat biaya. “Saat ini pun generasi milenial adalah pengguna dominan transportasi berbasis online. Dan pemerintah berusaha mengejarnya dengan menyediakan transportasi publik yang memadai,” ujarnya.

Tidak heran jika banyak apartemen, terutama di kawasan strategis, menawarkan kemudahan akses untuk penghuninya. Selain itu, generasi milenial merupakan generasi haus teknologi. Mereka terbiasa hidup praktis sehingga tak bisa jauh sambungan internet.

“Itulah sebabnya lokasi apartemen akan berhubungan erat dengan kepentingan seseorang. Di luar pertumbuhan nilai investasi, pemilihan lokasi apartemen dipertimbangkan yang paling dekat dengan kantor atau kampus,” paparnya. Tantangan pengembang saat ini, kata Rama adalah mendirikan hunian vertikal itu, dekat dengan akses transportasi masal sehingga mendukung keseharian aktifitas mereka yang menuntut ketepatan waktu.

“Untuk mewujudkan hunian vertikal yang terkoneksi dengan transportasi masal, kami perlu bersinergi dengan Pemda,” imbuhnya.

General Manager Barsa City Yogyakarta Mushollin mengaku setuju dan optimis pasar generasi milenial bakal menjadi penopang penjualan apartemen. Dengan begitu, apartemen di pusat kota dengan infrastruktur dan teknologi baik menjadi pilihan mereka.

Keoptimisan itu yang hendak dibuktikan oleh Ciputra Group dengam merilis proyek apartemen perdana mereka di Kota Gudeg, Barca City Yogyakarta di kawasan padat, Laksda Adisucipto km 7 Janti, yang mengambil tagline: Urban Millenial Living.

“Tantangan bagi pengembang hunian vertikal tentu saja harus mampu memenuhi tuntutan generasi milenial yang akan menjadi pangsa pasar properti saat ini. Jika hal ini mampu dipenuhi maka pasar apartemen akan tetap seksi,” tambahnya.

Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2017/11/13/generasi-milenial-topang-penjualan-hunian-vertikal-di-yogyakarta