Ciputra baru saja menerima penghargaan dari komunitas buruh migran di Hong Kong yang tergabung dalam kelompok belajar Business Model Canvas (BMC) sebagai Tokoh Entrepreneur: Kreatifitas dan Inovasi dalam Mewujudkan Entrepreneur. Penghargaan tersebut diberikan lewat telekonferensi yang dilakukan via Skype kemarin (27/12).

Komunitas tersebut menghimpun para buruh migran di Hong Kong yang ingin belajar mengenai kewirausahaan agar sepulang dari negeri orang bisa menjadi tuan di negerinya sendiri. Mereka mendapatkan pembinaan dari Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) melalui program pelatihan entrepreneurship yang telah dicanangkan sejak 2010.

Bertempat di Taman Festival Walk, Kowloon Tong KCR, Hong Kong, para buruh migran tersebut melakukan telekonferensi dengan Pak Ci –sapaan Ciputra– di Jakarta. Pak Ci sangat kaget dan tersanjung ketika menerima penghargaan ini dan ikut bersemangat melihat kemauan tinggi para anggota BMC untuk belajar entrepreneurship.

“Indonesia butuh lima juta lapangan pekerjaan dan entrepreneur seperti kalian. Pulang tidak hanya membuka usaha tetapi juga ciptakan pelatih-pelatih baru,” kata Pak Ci.

Pak Ci menambahkan, Indonesia membutuhkan 20 juta entrepreneur agar bisa menjadi negara yang maju dan sejahtera. Tidak harus dimulai dengan usaha yang besar, tetapi bisa dilakukan dari usaha kecil.

Menurut Pak Ci, entrepreneur harus punya keinginan yang besar karena ingin maju. Para buruh migran juga diharapkan memiliki semangat, self confidence, dan memiliki keberanian untuk ambil keputusan.

“Tidak lupa juga untuk pikirkan integritas, yaitu dengan jujur dan tidak curang. Kalian juga harus menjadi profesional dan ahli di bidangnya. Dan bangun jiwa entrepreneurship dengan memiliki wawasan luas serta memiliki kemampuan kreatif dan inovatif,” tambah Pak Ci.

Meski hanya berkomunikasi lewat telekonferensi, kegiatan ini tidak menyurutkan semangat para buruh migran untuk bercerita mengenai pengalaman mereka dalam ber-entrepreneur. Mereka membutuhkan dukungan dan ilmu entrepreneurship, agar saat pulang ke Indonesia nanti mereka bisa menyebarluaskan virus bermanfaat ini.

Salah satunya adalah Kitin Kuriniati, salah satu buruh migran asal Kalimantan Barat yang sudah lima tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hong Kong. Kitin melihat potensi untuk mengembangkan bisnis kripik tempe di kampung halamannya. Pelatihan yang diberikan oleh UCEC ini ia anggap sangat bermanfaat karena ia mulai mengerti untuk mengatur keuangan dan mendapat ilmu bisnis. (fb)